Saturday, November 24, 2007

“AVIP” Bagian-4 : Di Stasiun BALAPAN

Kring….kring…..kring…..tiba-tiba terdengar deringan telpon di pojok kamar tak jauh dari meja riasku, ketika aku sedang menyisir rambut selesai mandi. Segera kuangkat gagang telepon, “Halo…sore…,” sapaku. “Halo…sore… Sisi ya…ini mas Avip,” terdengar suara cowok menjawab. “Oh..iya mas..ini aku Sisi, ada apa mas?” tanyaku. “Aku cuma mau kasih tahu saja…nanti aku nyampai di rumahmu sekitar jam 6-an ba’da maghrib. Aku sekarang sudah pulang kantor dan barusan sampai rumah, mau buru-buru mandi nih. Sampai ketemu nanti ya,”katanya. “Ok deh mas, sampai ketemu di rumah,”jawabku sambil menutup telepon.

Koper-koper dan tentengan oleh-oleh sudah kuletakkan di kamar tamu, akupun sudah rapi selesai berdandan. Ibu, kakak dan adik-adikku setelah sholat Maghrib seperti biasa sudah ngumpul dan ngobrol di ruang makan. “Bawaanmu ke Bandung sudah siap semuanya ‘nduk,” tanya ibuku setelah aku duduk bergabung dengan mereka. “Sudah bu,” jawabku pendek. “Makan dulu biar nanti di kereta nggak lapar. Paling di kereta nanti baru dapat makanannya sekitar jam 10-an, mana biasanya sudah dingin dan nggak begitu enak. Ngomong-ngomong nanti ke stasiunnya jadi diantar adikmu khan?” lanjut ibuku. Belum sempat kujawab, tiba-tiba adikku sudah nyeletuk, ”aku nggak perlu repot-repot kok bu….’ntar mbak Sisi sudah ada yang nganterin…mas Avip.” Dengan agak mendelik ibuku bertanya seakan memastikan, ”Bener….nanti mas Avip yang nganter kamu ke stasiun ‘nduk?” Sambil agak deg-deg-an kujawab pertanyaannya, ”Iya bu, nanti mas Avip yang nganter. Sebentar lagi dia nyampai kesini.”

Benar juga, baru saja aku selesai menjawab pertanyaan ibu, kudengar ada suara mobil berhenti dan tak lama kemudian terdengar pintu kamar tamu diketuk. Aku segera bergegas membukakan pintu dan terlihat mas Avip berdiri di depan pintu. “Ayo masuk mas,” kataku mempersilahkan. Tiba-tiba ibuku sudah berdiri di belakangku dan langsung ikut menyapa, ”Monggo..mas Avip….sekalian saja gabung ke ruang makan…ayo sekalian bareng-bareng makan malem.” Tak kuasa menolak ajakan ibuku, akhirnya mas Avip sudah ikut makan malam dan ngobrol dengan kita di ruang makan. Tapi ternyata malahan ibu dan mas Avip yang mendominasi obrolan di meja makan malam itu…ngobrolin tentang mbah Dono nenek mas Avip lah…ngobrol tentang keluarga pakdhe lah…ngobrolin tentang kerjaan mas Avip lah…ngobrolin keluarga pak Brojo bosnya mas Avip lah…ngobrolin keluarga mas Avip lah…. Begitulah ibuku, dia selalu punya cara yang halus kalau sedang menginterogasi cowok yang lagi dekat dengan anak ceweknya. Aku, kakak dan adik-adikku sudah paham betul dengan kebiasaan itu, makanya kita cuma senyum-senyum saja mendengar obrolan mereka. Baru nanti di lain hari kita harus siap mendengarkan semua komentar-komentar ibu tentang cowok kita itu.

Sekitar jam 7-an aku dan mas Avip pamitan ke ibu, kakak dan adik-adikku untuk berangkat ke stasiun. “Jaga diri baik-baik ya ‘nduk….terima kasih ya mas Avip sudah mau nganterin Sisi ke stasiun …hati-hati di jalan,“ kata ibuku mengantar kami berdua masuk ke mobil. Tak lama kemudian mobil mas Avip sudah meluncur ke Solo menuju stasiun kereta api BALAPAN. Sepanjang jalan kita ngobrol ngalor-ngidul dan bercanda.

Tak terasa kita sudah memasuki halaman stasiun BALAPAN, mas Avip memelankan laju mobilnya mencari tempat parkir dan akhirnya dapat di pojok yang lumayan masih lapang dan agak sepi. Setelah mobil berhenti, tiba-tiba mas Avip menoleh ke arahku dan meraih kedua tanganku kemudian menggenggamnya. Sambil tersenyum dia menatap mataku lama tanpa berkedip. “Aduh…..mas Avip ini…bikin aku deg-deg-pyur lagi….,” batinku sambil tak kuasa menatap tatapan matanya. “Sisi….sebelum kita berpisah sekarang…ada sesuatu yang ingin kukatakan ke kamu. Aku nggak tahu apakah kamu juga merasakan sesuatu yang selama ini kurasakan. Terus terang ‘Si, aku mempunyai perasaan yang susah sekali kubendung sejak perkenalan kita kemarin. Aku merasa senang…nyaman….dan bahagia banget selama dua hari ini, penginnya selalu ketemu dan berdekatan denganmu. Sekarang kamu harus balik ke Bandung, terasa ada sesuatu yang akan membawa pergi kebahagiaanku selama ini. Aku akan sangat merindukanmu ‘Si,” kata-kata itu meluncur deras dari mulut mas Avip dan aku terdiam menahan getaran-getaran perasaan yang tambah kenceng saja di dada.

Diraihnya kedua tanganku….digenggamnya di dadanya yang bidang……diciumnya dengan segenap perasaan………Aku hanya bisa menatapnya dan terdiam……Dan ketika tatapan mata kita beradu…….dia berbisik pelan, “………..Sisi……I love you……….” dan kemudian……kurasakan…..ciuman ‘dahsyat’ itu………di bibirku…………..oh, God…..what a wonderful….. Aku hanya mampu terpejam tak kuasa menahan getaran perasaan yang bergemuruh di dadaku.

“……..Please say that you love me.....’Si,” lanjutnya kemudian setelah kita terhenti hanyut dalam ciumannya. Kutatap wajah mas Avip sejenak………kutemukan tatapan mata dan senyum yang teduh itu………..yang tak mungkin kupungkiri…..itulah yang membuatku merasa nyaman untuk selalu berdekatan dengannya. “ …….I love you too……” kata-kata itu akhirnya keluar juga dari mulutku.

Kamipun akhirnya saling berdekapan….terdiam lama…tanpa berkata sepatah katapun lagi…..menikmati kebahagiaan kami berdua malam itu. Tak terasa air mataku mengalir…bahagia dengan perasaan cinta kami…sekaligus sedih dengan perpisahan ini. “Sisi…sudahlah sayang….walaupun kita berjauhan tapi masih bisa telpon-telponan dan surat-suratan khan. Nanti setiap ada waktu luang, aku akan selalu sempatkan menjenguk kamu ke Bandung,” sambil mengusap air mataku mas Avip mencoba mencairkan suasana romantis yang sendu itu. “Terima kasih ya mas…janji ya…,” kataku kemudian agak merajuk. “…I swear…”jawab mas Avip sambil tangan kanannya diangkat kesamping untuk bersumpah. Kamipun tersenyum bareng dan tak lama kemudian segera keluar dari mobil dan memanggil seorang porter untuk membawa semua barang bawaanku ke ruang tunggu di dalam stasiun. Mas Avip merangkul pundakku dan kamipun berjalan berdua mengikuti porter itu dari belakang.

Ketika kami memasuki ruang tunggu di dalam stasiun, kereta api LODAYA masih belum terlihat di jalur keberangkatan. Pak porter meletakkan barang-barang bawaanku di lantai kemudian keluar meninggalkan kami berdua. Porter tersebut nanti akan kembali setelah kereta datang dan dia akan mengangkat barang-barang bawaan tersebut sampai di dalam kereta dan meletakkannya di rak barang diatas tempat duduk penumpang. Kamipun duduk di kursi ruang tunggu sambil ngobrol serta sesekali melihat acara TV dan menikmati kopi manis panas yang disediakan untuk para penumpang di ruang tunggu tersebut.

“Si Suga tadi siang keluar kantor sampai sore baru balik lagi ‘Si. Ketika aku tanya, dia cerita kalau tadi dia nganterin kamu ke pasar KLEWER dan ke ORION nyari oleh-oleh. Memang bener ya ‘Si?” tiba-tiba mas Avip bertanya di tengah-tengah obrolan kita di ruang tunggu. Walaupun agak sedikit terkejut tapi akhirnya kujawab saja sejujurnya..toh..mereka berdua temenan. “Iya mas, aku sendiri juga nggak nyangka si Suga datang ke rumah siang tadi padahal kita nggak janjian. Tapi memang kebiasaan dia mas, tahu saja kebiasaanku nyari oleh-oleh setiap aku mau balik ke Bandung, dan dari dulu memang dia yang seringnya nganterin aku ke Solo puter-puter,” jelasku. “Suga itu juga pernah cerita kalau kamu sudah berkali-kali menolak dijadikan pacarnya. Tapi kalau kulihat, kayaknya kalian itu masih akrab saja sampai sekarang. Memangnya bagaimana sih hubungan kalian berdua itu ‘Si,” tanyanya lagi. “He…he…he….panjang dan banyak konyolnya mas kalau diceritain. Yang jelas memang aku nggak pernah ‘jatuh cinta’ ke dia walaupun dia berkali-kali ‘nembak’ ke aku. Setelah dia bosen ‘nembak’, akhirnya kita janjian untuk temenan saja. Tapi memang ada beberapa sifat Suga yang aku suka dan klop saja dengan sifatku untuk bisa temenan, makanya kita masih akrab sampai sekarang,”jawabku. “Oh..begitu ‘Si…maaf ya…kok aku ini kayak detektif saja …..nanya-nanya Suga kayak ‘menyelidik’….he..he...” Aku ikut tertawa mendengar komentar mas Avip tersebut. “Nggak apa-apa mas, lagian si Suga khan sobat mas juga khan,” kataku kemudian yang di-iya-kan oleh mas Avip.


‘Perhatian…perhatian…kereta api LODAYA jurusan Solo – Bandung sedang menuju jalur-1…para penumpang dipersilahkan bersiap-siap di pinggir jalur-1. …dst….” Tiba-tiba terdengar pengumuman dari loudspeaker di ruang tunggu. Pak porter datang dan sudah siap mengangkat semua barang bawaanku. Kita berdua segera bergegas mengikuti porter tersebut menuju jalur-1 kereta. Tak lama kemudian kereta api LODAYA sudah berhenti di jalur-1, dan kamipun bersama-sama para penumpang lainnya mulai memasuki kereta dan mencari tempat duduk masing-masing. Akhirnya sampai juga kita ke tempat dudukku di pinggir jendela no. 12A, kebetulan tidak ada yang duduk di deretan itu, mungkin karena bukan week-end jadi tempat duduknya banyak yang kosong. Pak porter segera meletakkan semua barang bawaanku di rak di atas tempat dudukku dan kemudian pergi setelah kuberikan upahnya. Karena sesuai jadwal masih 15 menit lagi kereta baru akan berangkat, mas Avip masih menemani duduk di sebelahku. Dia rangkul bahuku dan direbahkannya kepalaku di pundaknya sambil kemudian dibelai-belainya rambutku dan diciumnya. Kupeluk pinggang mas Avip dan kunikmati dekapannya…belaiannya...dan ciumannya. Kami berdua hanya terdiam mencoba menikmati suasana romantis yang akan segera berakhir 15 menit lagi.

Sampai akhirnya terdengar bunyi pertanda kereta akan diberangkatkan, mas Avip kemudian mencium keningku dan berkata lirih, ”I love you..’Si….selalu ingat cinta kita ya sayang….take care….jangan lupa besok pagi sesampai di Bandung langsung telpon ya.” Aku hanya mengangguk dan segera melepas pelukanku di pinggangnya. Akhirnya dia berjalan keluar dari gerbong kereta dan kemudian sudah terlihat berdiri di luar gerbong dekat jendela di samping tempat dudukku. Pelan-pelan kereta berangkat dan kubalas lambaian tangan mas Avip sampai akhirnya kereta meninggalkan stasiun BALAPAN. Samar-samar kudengar lagu Didik Kempot dari video yang ada di ujung gerbong….ing stasiun Balapan…kutha Solo sing dadi kenangan…kowe karo aku….dst……Aku jadi tersenyum geli mendengar syair itu….Akhirnya kupejamkan mataku untuk membayangkan dan menikmati semua kenanganku dengan mas Avip yang akan mengantar perjalanan malamku ke Bandung.

No comments: