Friday, January 18, 2008

"GOKIL the series"-2 : I’M SORRY GOOD BYE

Ervan adalah salah satu teman ‘chatting’-ku. Yang membuat kita jadi teman ‘chatting’ tetap adalah kita sama-sama suka nge-banyol, sama-sama suka menikmati musik, sama-sama suka nonton, serta kebetulan dia tinggal dan kerja di Bandung. Jadi omongan kita selalu nyambung, terutama kalau sudah ngobrol tentang hal-hal yang berhubungan dengan Bandung, karena memang aku pernah tinggal lumayan lama untuk kuliah dan juga kerja disana. Ngomongin tentang masa-masa kuliah dulu, ngomongin tempat-tempat main dan makan enak di Bandung, ngobrolin tentang musik dan film, cerita tentang kerjaan adalah antara lain menu chatting kita.
Setelah kira-kira sebulan menjadi teman ‘chatting’ tetap, akhirnya kita saling bertukar photo. “Kamu manis dan kelihatan selalu ceria Ay’…..sesuai dengan sosok cewek yang kubayangkan selama ini,” komentarnya pertama kali setelah dia ‘browse webpage photo gallery’-ku yang khusus berisi photo-photoku dengan segala macam gaya dan berbagai aktivitas. ‘Ganteng juga si Ervan ini, ‘score’ 8 dapet-lah,” batinku setelah kubuka photonya dari email yang dikirimnya lewat ‘Yahoo’. Tapi ketika dia minta komentarku tentang photonya, aku cuma jawab “..ya lumayan buat dilihat lah..”. Agak gengsi juga kalau mau bilang terus terang bahwa dia ‘ganteng’, males saja kalau nanti dia ke-ge-er-an dan ke-pe-de-an. Tak lama kemudian akhirnya dia bilang kalau pengin ketemu, “Aya, hari Kamis dan Jum’at minggu depan ini, kebetulan aku ada tugas kantor untuk presentasi di Jakarta. ‘Gimana kalau kita ketemuan?” Daripada ngumpet di rumah melulu, lumayan juga kalau ada teman main, tiba-tiba saja kumat isengku dan akhirnya kujawab, “Ok, saja ‘Van.”

Hari Kamis sore Ervan kontak ke ‘handphone’ dan ngasih tahu kalau dia sudah sampai di Jakarta dan nginep di Shangrilla hotel. “Ay’, kita ketemuan dimana enaknya,” tanyanya. “Aku samperin ke hotelmu saja ‘Van, kantorku dekat kok dari situ, paling 10 menit juga sampai. ‘Ntar kira-kira jam setengah enam aku sampai di hotel, kamu tunggu di ‘lobby’ bisa ?” jawabku. “Ok, kutunggu nanti di ‘lobby’ jam setengah enam ya,,” katanya.

Tepat jam setengah enam aku sampai di hotel Shangrila, kumasuki lobby hotel sambil kuperhatikan satu per satu orang yang duduk disana. Tiba-tiba terdengar suara cowok menyapa, ”Hi…Aya…ya?” Kuperhatikan sejenak wajahnya dan sambil tersenyum kujawab, ”Iya…kamu pasti Ervan?” Dia mengangguk dan segera mengajakku duduk di ‘lobby’ dan ngobrol, tak lama kemudian dia mengajak makan malam bareng di restaurant hotel sambil meneruskan ngobrol. Walaupun awalnya agak canggung sedikit, tapi selanjutnya obrolan dan candaan kita sudah seperti biasa kalau lagi ‘chatting’, mengalir saja. “Ay’, kalau ‘Jamz café’ di Bandung musiknya khan enak-enak, ‘gimana kalau besok malam kita ke ‘Jamz café’ yang di Jakarta ini, kata kamu musiknya juga lumayan enak.” Kuiyakan ajakan Ervan dan akhirnya kita janjian ketemu lagi besok malamnya.

Jum’at malam setelah makan ‘seafood’ di Benhil, kita menghabiskan malam di ‘Jamz café’ yang di Aston. Setelah puas menikmati musiknya, jam sebelas kita keluar dari café dan pulang bareng naik taksi sembari ngobrol sepanjang jalan. “Ay’, aku mau menghabiskan ‘week-end ‘ ini di Jakarta saja bareng kamu. Boleh nggak kalau hari Sabtu dan Minggu kita ketemuan dan main lagi?” ajaknya. Karena sudah dua malam ini rasanya nyaman dan asyik saja jalan sama Ervan, akhirnya tak kutolak ajakannya. “Ok, boleh saja ‘Van. Aku seringnya kalau hari Sabtu ke Pondok Indah barengan temanku untuk belajar renang, dan sekalian main-main di kolam luncurnya. Kamu mau nggak kuajak kesana? Khan kamu hobby dan jagoan renang katanya, jadi aku bisa belajar renang dari kamu dan nggak khawatir tenggelam. Terus kalau sudah bosen renangnya, bisa main-main di kolam luncurnya. ‘Ntar kalau sudah capai dan lapar kita tinggal makan ke Mall-nya. Dijamin seru and ‘fun’.” Dengan sangat antusias langsung dia jawab “Wah, setuju banget Ay’, terus Minggunya kemana kita?” Aku coba mikir sebentar dan tiba-tiba saja timbul ide untuk nonton film. “Nonton saja ke Plaza Senayan ya, lumayan ada film yang bagus dan baru sedang diputar disana,” kataku. “Ok deh Ay’, sip…aku juga sudah agak lama nggak nonton. Tapi biar gampang ketemuannya, mendingan besok aku pindah hotel saja yang dekat dengan rumahmu.”

Akhirnya Ervan pindah ke hotel Kemang. Hari Sabtu kita seharian main di Pondok Indah dan malamnya makan bareng di Cwie Mie Malang yang di Cilandak. Hari minggu kita ke Plaza Senayan nonton dua film sekaligus kemudian ngobrol dan makan bareng di ‘foodcourt’-nya. Sepulang dari Plaza Senayan, kuantar Ervan ‘check-out ‘ dari hotel dan langsung ke Gambir untuk pulang balik ke Bandung naik kereta Argo Gede.

Setelah pertemuan pertama tersebut, ‘chatting’ kita jadi tambah seru saja dan Ervan jadi sering menghabiskan ‘week-end’ di Jakarta bersamaku. Biasanya kita habiskan ‘week-end ’ dengan nonton film di Plaza Senayan, Blok M Plaza, atau di Planet Hollywood, serta kuajak olah raga minggu pagi : lari di GOR Senayan atau renang di Pondok Indah, GOR Cibubur atau di Gelanggang Samudra Ancol atau bulutangkis di Balai Rakyat Pasar Minggu. Tapi kadang kita juga iseng pergi ke Ragunan, TMII, Dufan atau ke Kebun Raya Bogor. Kalau tidak sempat ke Jakarta, dimintanya aku gantian menghabiskan ‘week-end’ ke Bandung dengannya. Kalau sedang di Bandung kita lebih suka menikmati alam di sekitar Bandung yang masih hijau dan berhawa segar, biasanya kita pergi ke lokasi-lokasi wisata alam di sekitar Lembang dan Ciwidey.

Aku sebenarnya merasa ‘enjoy’ dan asyik saja main sama Ervan, apalagi ternyata dia pun bukan tipe cowok yang ‘playboy’ atau suka iseng ke cewek. Tapi aku tidak merasa ada ‘feeling’ yang lain kecuali untuk berteman dan bersahabat saja dengannya. Ini lebih terasa setelah kurang lebih 3 bulan main bareng, pada suatu ‘week-end’ di Lembang, Ervan tiba-tiba mengungkapkan seluruh perasaannya terhadapku, yang intinya dia jatuh cinta dan ingin menjalin hubungan yang serius denganku. Untuk tidak mengecewakannya dan untuk menge-test perasaanku sendiri, akhirnya aku minta waktu seminggu untuk menjawabnya, dan dalam seminggu itu kita janjian untuk tidak saling kontak.

Setelah satu minggu, ternyata perasaanku ke Ervan tidak ada yang berubah, walaupun seminggu tidak ketemu rasanya ya biasa saja, tidak ada rasa ‘greng’ atau rasa ‘kangen banget’ di hati. Aku tidak merasakan ‘feeling’ yang seperti dulu ketika aku jatuh cinta ke Roby atau ketika sangat merindukannya walau hanya sehari tidak ketemu.

Melalui email, akhirnya kusampaikan ke Ervan kalau aku hanya ingin berteman dan bersahabat saja dengan dia, tapi tidak bisa menjalin hubungan yang lebih serius dengannya. Ternyata Ervan tidak bisa menerima keputusanku tersebut begitu saja. Walaupun sudah berkali-kali kukatakan ke Ervan bahwa aku hanya ingin berteman dan bersahabat saja, dia tetap ingin meyakinkanku kalau dia benar-benar mencintaiku. Tiap hari selalu kirim email atau ngajak ‘chatting’ atau telepon. Bahkan kadang tanpa janjian lebih dulu, pas ‘week-end’ dia sudah nongol saja di Jakarta menemuiku.

Lama-lama aku jadi merasa kasihan juga ke Ervan, khawatir saja kalau dia terlalu lama terbuai dengan perasaannya dan tidak bisa meninggalkan aku. Maka aku mau nggak mau harus menghindarinya dan memutus semua kontak-ku dengannya. Kebetulan aku mendapat tawaran ‘short-project’ di Bali selama 4 bulan, tanpa berpikir panjang aku terima tawaran tersebut. Kukirim email ke Ervan dan aku minta maaf ke dia karena aku akan pindah dari Jakarta dan kuminta dia untuk tidak menghubungi atau menemuiku lagi.

Aku ‘non active’-kan ‘account email’-ku, kuganti SIM-card HP ku dengan nomor baru dan aku berangkat ke Bali. Walaupun dalam 4 bulan aku akan kembali lagi ke Jakarta, tapi aku berpesan ke teman-temanku di rumah kalau seandainya ada cowok yang telepon atau mencariku, kuminta kasih tahu saja kalau aku sudah pergi dan tidak meninggalkan alamat yang baru.

I’m so sorry…….good bye, Ervan ……..aku masih ‘lulus gokil’ walaupun cuma nilai “D” yang kudapat.

No comments: