Saturday, November 24, 2007

“AVIP” Bagian-3 : Sobatku “Si Ganteng SUGA”

Pekerjaan di rumah yang aku nikmati setiap pulang kampung adalah menyapu halaman depan di pagi hari. Sambil menyapu bisa kunikmati udara segar pagi hari …. bisa kulihat matahari perlahan-lahan terbit di ufuk timur serta bisa kudengar kicauan burung yang terasa merdu di telinga….suatu hal yang sudah hampir tidak pernah kunikmati lagi selama tinggal di kota. Selain itu aku juga senang menikmati lalu-lalang orang dan kendaraan yang lewat di jalan samping rumahku, sehingga sekali-kali bisa bertegur-sapa dengan tetanggaku yang lewat.

Pagi itu seperti biasa setelah sholat subuh dan selesai beres-beres dalam rumah dengan si Yu, kuambil sapu dan mulai menyapu di halaman depan. Di tengah-tengah keasyikanku menyapu dan bersenandung, tiba-tiba kudengar ada suara mobil berhenti. Kulihat ada sedan hitam parkir di depan pintu gerbang dan kemudian keluar seorang cowok berkemeja putih dengan celana hitam dan berdasi corak biru. “Hi..’Si…kok asyik bener nyapunya,” kata cowok tersebut berseru. “Hi….Suga, kukira siapa…kok ada cowok ganteng dan perlente…pagi-pagi nyamper kesini…he..he…bisa juga kau pakai dasi dan berpakaian rapi model cowok kantoran ya,” sambutku sambil meledek. Setelah mendekat kamipun bersalaman dan ber‘cipika-cipiki’ kemudian kuajak dia duduk di kursi taman yang ada di pojok halaman.

“Terlihat warna aslinya…kalau lihat kamu pagi-pagi begini ’Si….masih tetep cantik,” katanya sambil cengar-cengir. “Suga…Suga…kamu itu dari dulu nggak pernah ya kalau nggak nggombal ke aku, coba kalau aku nggak pengalaman kau ‘gombalin’ pasti aku sudah klepek-klepek mendengarnya…..’dasar semprul’…belum mandi nih….masih bau juga,” tukasku. “Ngomong-ngomong pagi begini kok kamu sudah rapi bener, memang kantor buka jam berapa ‘Ga, paling ini juga baru jam enam. Kamu mau jadi ‘office boy’ ya?” kataku meledek. “Sengaja aku bangun pagi dan cepet-cepet dandan rapi begini ‘Si, aku sudah nggak sabar mau nemuin kamu, rencananya nanti terus langsung ngantor. Habisnya, kamu pulang kampung kilat bener…baru kemarin ketemu…eh…besok sudah balik ke Bandung…kangen tahu,” katanya. “Ok, deh…jadi lumayan kita bisa ngobrol dong ‘Ga…oh iya…mau nggak kubuatin kopi manis panas sama roti tawar selai nanas buat sarapan…pasti kamu tadi belum sempat sarapan khan,” kataku. “Wah…ini dia yang kutunggu ‘Si…kopi manis panas plus ‘made in’ Sisi….mau dong…tapi ‘gak pakai lama ya,” katanya. Tak lama kemudian kita sudah asyik ngobrol dan bercanda sambil menikmati kopi manis panas plus roti tawar selai nanas kesukaan kita berdua. Itulah yang kusukai dari si Suga, dia tetap seperti apa adanya dan berteman seperti biasa walaupun sudah berkali-kali kutolak cintanya.

“Tadi malam si Avip kesini ya ‘Si,” tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Suga. Aku agak sedikit tercekat…”eehm…iya ‘Ga, memang kamu ketemu mas Avip semalam?” jawabku ganti bertanya untuk menutupi keterkejutanku. “Nggak..sih…cuma tadi malam aku nggak sengaja telpon ke rumahnya ternyata dia nggak ada, dan kata adiknya dia sedang ke rumah mbak Sisi. Jadi bener dong kata adiknya, ngapain saja dia kesini ‘Si,” katanya agak menyelidik. “Cuma ngobrol saja dan besok janjian nganter ke stasiun. Memang kenapa ‘Ga, “ jawabku pendek berlagak ‘pilon’. “Ah, kamu ‘Si…kayak nggak tahu ada orang cemburu saja….memang si Avip lebih ganteng dari aku ya ‘Si,“ katanya sambil pura-pura cemberut. “Ha…ha…ha…kamu ini memang lucu ‘Ga, pakai cemburu segala…memangnya aku ‘yayang’mu yang perlu dicemburui ya,” godaku sambil kucolek pinggangnya. “Oh iya…semalam Mas Avip cerita kalau kamu barusan berhasil menggaet cewek cakep dari Matesih,” lanjutku menggodanya. “Ah…kamu ‘Si…percaya aja sama cerita Avip,” katanya. “Sudahlah ‘Ga, aku bisa melihat….dari pancaran sinar matamu….sekarang kau sedang berbinar-binar seperti biasa kalau sedang jatuh cinta….‘ntar kalau kau beneran cocok sama ‘tuh cewek, cepetan dikawinin saja biar nggak digondhol orang ya,” godaku lagi. “Bodo ah…,”jawabnya berkelit sambil kedua tangannya mencubit kedua pipiku dan tersenyum gemas.

Itulah pertemanan kita dari dulu….kalau ketemu bisa ngobrolin apa saja, bisa curhat apa saja, saling bercanda dan menggoda tanpa harus merasa tersakiti atau menyakiti satu sama lain. Obrolan pagi itupun berakhir setelah waktu menunjukkan jam 07.30 dan Suga harus berangkat ke tempat kerjanya. “See you later ‘Si…sorry ya aku besok nggak nganter kamu ke stasiun…habisnya sudah keduluan si Avip sih…,”katanya pamitan sambil masih menggoda. Aku cuma bisa tersenyum tengil saja sambil kubalas lambaian tangannya. Mobilnya pun pelan-pelan meninggalkan pintu gerbang rumahku. Selanjutnya kuselesaikan pekerjaan pagiku menyapu halaman yang masih kurang sedikit lagi.

Setelah mandi aku mulai sibuk membereskan semua baju-baju dan barang-barang untuk dimasukkan ke dalam koper yang akan kubawa pulang kembali ke Bandung nanti malam. Ibuku sudah berangkat mengajar, kakakku yang sekarang lagi co-as sudah berangkat ke rumah sakit, adik-adikku juga sudah pada berangkat ke sekolah masing-masing, tinggal aku sama si Yu yang di rumah. Daripada bengong sendirian, selesai beres-beres rencananya aku mau ke Solo jalan-jalan ke pasar KLEWER dan sekalian nyari oleh-oleh buat teman-teman kost dan teman-teman kerjaku. Di pasar KLEWER biasanya aku beli baju-baju batik buat dipakai sehari-hari, modelnya lumayan selalu ada yang baru dan lucu setiap aku kesana, kadang juga beli pernak-pernik souvenir khas Solo buat oleh-oleh. Untuk mencari oleh-oleh jajanan khas Solo biasanya aku pergi ke toko “ORION” di dekat Pasar Gede atau toko “JAJAN SOLO” kalau kebetulan jalan-jalan ke mal MATAHARI atau jalan-jalan mencari berbagai produk batik dan souvenir ke pusat batik ‘DANAR HADI’di Coyudan. Jajanan yang kubeli biasanya brem putih Solo, kripik paru, kripik ceker ayam atau kripik bayam, gethuk pelangi magelang, criping atau intip goreng, kue-kue khas buatan ORION dan minuman instant dalam sachet seperti beras kencur, jahe wangi, serbat jahe atau gula asem yang buatan asli Solo.

Selesai sholat dluhur, segera kurapikan lagi dandananku dan bergegas pamit si Yu mau ke Solo. Sewaktu sampai di pintu gerbang, tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam berhenti persis di depanku, dan tiba-tiba wajah tengil si Suga nongol dari balik jendela mobil. “Siang ‘Si, mau nyari oleh-oleh ya….kuanterin yuk,”katanya sembari keluar dari mobil. “Tapi ‘Ga….kok kamu nggak ngantor sih,” tanyaku sambil masih terkejut-kejut. Langsung saja dia menggandeng tanganku dan mengantarku masuk ke mobilnya sambil berkata enteng, “Ngobrolnya sambil jalan saja ‘Si”. Tahu-tahu Suga sudah menjalankan mobilnya dan aku sudah duduk di sampingnya. “Nah, sekarang kamu tinggal bilang mau kemana ‘Si…ke Orion..ke Klewer…ke Coyudan atau kemana ?” katanya. “Rencananya aku mau ke Klewer terus ke Orion ‘Ga, tapi kamu tadi kok tiba-tiba nongol saja sih dan tahu aku mau cari oleh-oleh. Dan lagi bukannya kamu seharusnya masih di kantor jam segini,” jawabku nyerocos. “Aku khan sudah hafal kebiasaanmu setiap pulang kampung ‘Si, kalau malemnya balik ke Bandung siangnya kamu pasti pergi ke Solo nyari oleh-oleh. Hari ini aku juga sengaja minta cuti setengah hari ke bos, biar bisa nganter kamu cari oleh-oleh. Habisnya ‘ntar malem khan aku sudah nggak bisa nganter kamu lagi,” jelasnya sambil setengah meledek karena dia tahu mas Avip ‘ntar malem yang akan mengantar aku ke stasiun. “Bisa aja…kamu ‘Ga, seharusnya kamu nggak perlu repot cuti-cuti begini. By the way, thanks ‘Ga…kamu memang sobatku yang baik hati dan tahu kebiasaanku banget, tapi ‘ntar nggak boleh protes kalau kecapaian kuajak puter-puter pasar Klewer lho,” kataku. “Buatmu, apa saja deh…..sayang,” katanya mulai menggombal seperti biasa.

Setelah makan siang berdua di TIMLO SOLO, akhirnya siang itu kuhabiskan waktuku bersama Suga untuk jalan-jalan di pasar KLEWER dan beli oleh-oleh di ORION. Jam empat sore kita sudah sampai di rumah lagi dan Suga langsung pamit pulang. “Thanks for all ya ‘Ga,” kataku. “Sama-sama ‘Si, take care and keep in touch ya sayang,” balasnya sambil memelukku seperti biasa kalau dia hendak melepasku balik ke Bandung. Tak lama kemudian dia sudah melesat dengan sedan hitamnya meninggalkan rumahku. ‘Suga…Suga…kau memang sobatku yang setia…coba kamu nggak bandel dan ‘playboy’….aku pasti sudah jadi milikmu….he..he…,” batinku sambil tersenyum kecil.

No comments: