Saturday, November 24, 2007

“AVIP” Bagian-2 : First Dates

“Mbak, ada tamu…katanya nyari mbak Sisi,” kata pembantuku ketika aku sedang santai ngobrol dengan ibu, kakak dan adik-adikku di teras belakang setelah makan malam. “Oh..ya…siapa yu..sudah disuruh masuk belum ?” balasku bertanya. “Sudah saya suruh masuk...tapi saya nggak nanya siapa namanya… yang jelas tamunya cowok ganteng mbak…pacar mbak Sisi ya,” jawab si Yu sambil ngeledek. “Huuh..si Yu ini sudah tua matanya masih ‘ijo’ aja, cepetan buatin minuman dulu tamunya,” tukasku sambil segera bergegas ke kamar tamu.

Dari belakang kulihat seorang cowok duduk di kursi tamu sambil membuka-buka majalah yang tergeletak di meja. Setelah agak dekat aku sudah bisa mengira kalau cowok itu adalah mas Avip. “Eh..mas…sudah lama datangnya…sorry ya aku tadi sedang ngobrol-ngobrol di teras belakang, nggak tahu kalau ada tamu, sampai si Yu nyamperin,” kataku agak berbasa-basi. “Belum kok ‘Si…paling cuma baru lima menitan,” jawabnya tersenyum sambil menatap wajahku tanpa berkedip. “Waduh…kok mas Avip ngelihatku begitu ya…belum lagi..senyum manisnya itu…..kok tiba-tiba bikin dadaku ‘deg-deg-pyur’ lagi sih…” gerutuku dalam hati. Walaupun awalnya agak canggung, akhirnya aku bisa menguasai perasaanku dan kitapun bisa ngobrol ngalor ngidul. “Nyambung juga ngobrol sama mas Avip ini…ngobrol serius bisa…diajak bercanda pun ‘hayo’… nggak kalah seru,” batinku setelah tak terasa kita terlibat obrolan dan candaan yang seru dan lumayan lama. Sampai-sampai baru kusadari ternyata jus jeruk dan cemilan yang dihidangkan si Yu sudah hampir habis.

“Mau nambah jus jeruknya lagi mas,” kataku. “Terima kasih ‘Si….kayaknya sudah malem nih…sebaiknya aku balik, nggak enak nanti kalau sampai kemaleman. Tapi besok sore sepulang kerja aku boleh kesini lagi khan dan sekalian antar kamu ke stasiun,” katanya. “Oh iya…nggak kerasa sudah jam 11 malem ya mas,” sahutku sambil menoleh ke jam dinding. “Boleh kok kalau mau nganterin aku ke stasiun…asal nggak ngrepotin mas Avip saja,” lanjutku kemudian. “Thanks..’Si….kalau begitu aku pulang dulu ya…aku bisa pamitan ke ibu khan?” tanyanya. Kuantar mas Avip ke teras belakang pamitan ke ibu dan kakak serta adik-adikku yang memang masih asyik ngobrol.

Selesai pamitan, kita berdua berjalan menuju ke halaman depan. Sesampai di pintu mobil…mas Avip tiba-tiba meraih kedua tanganku…kemudian diciumnya……dan sambil masih menggenggam kedua tanganku dia berkata lirih “Thanks for this great night ya ‘Si”. Aku cuma bisa tersenyum dan agak tersipu menjawabnya, ”Sama-sama mas…thanks juga..sudah mau main kesini, sampai ketemu besok sore ya.” “Ok, sampai besok ‘Si,” katanya sambil pelan-pelan melepas tanganku dari genggamannya dan kemudian dia masuk ke mobilnya. Kulambaikan tanganku ke arah mas Avip sampai mobilnya pelan-pelan meninggalkan rumahku. Aku kembali masuk ke rumah setelah mobil mas Avip menghilang di kegelapan malam.

Ketika sampai di teras belakang kulihat ibu sudah tidak di tempat. “Ibu sudah ke kamar tidurnya” kata kakakku seakan dia tahu aku lagi mencari ibu. Akhirnya aku kembali ikut ngobrol bareng bersama kakak dan adik-adikku, walaupun selanjutnya aku hanya menjadi bahan ledekan mereka. Kesal juga sih sebenarnya, tapi kalau kusadari besok malam aku sudah meninggalkan mereka lagi ke Bandung, “kapan lagi kita bisa bercanda dan saling ledek, kalau nggak pas pulang kampung seperti ini”, batinku. Dan akhirnya akupun malah senang dan menikmati semua ledekan-ledekannya.

No comments: